Selasa, 14 Maret 2017

Legenda Asal-usul danau Limboto

Hasil gambar



Legenda adalah cerita yang diceritakan secara turun-menurun oleh masyarakat sehingga pengarangnya tidak diketahui. Legenda ini ada karena kepercayaan masyarakat ataupun pengarangnya pada jaman dahulu. Setiap daerah juga memiliki legendanya masing-masing. Biasanya legenda itu bercerita tentang asl-usul terjadinya suatu tempat, kesaktian seseorang dan keajaiabn-keajaiban yang lain. 
Kali ini saya akan memberikan salah satu contoh dari legenda yang ada di wilayah Gorontalo, legenda ini berjudul “Asal-usul Danau Limboto”.....
Pada zaman dahulu, wilayah Limboto merupakan sebuah lautan yang cukup luas. Namun suatu ketika air laut di wilayah tersebut surut dan justru menjadi hamparan utan yang luas. Di hutan itu juga muncul beberapa mata air, salah satunya adalah mata air Tupalo yang memiliki air yang sangat jernih. Mata air ini sering sekali didatangi oleh para bidadari yang turun dari kahyangan, para bidadari tersebut mendatangi mata air ini untuk mandi. Ada juga seseorang penduduk dari kayangan yang turun ke bumi dan menjelma menjadi manusia, ia memiliki wajah yang cukup tampan. Lelaki ini kerap disebut sebagai Jilomoto.
Suatu hari disaat Jilomoto sedang melewati mata air Tupalo, tanpa sengaja ia melihat tujuh bidadari dari kahyangan yang tengah mandi. Tentulah Jilomoto terpanah dengan kecantikan-kecantikan bidadari itu. Ia juga sangat ingin untuk memperistri salah satunya. Ia berusaha melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengambil sayap dari salah seorang bidadari itu dan menyembunyikannya agar bidadari tersebut tidak bisa kembali ke kahyangan.  
Menjelang sore, ketujuh bidadari itu telah selesai mandi dan akan kembali ke kahyangan. Namun bidadari tertua yang bernama Mbu’i Bungale tidak dapat menemukan sayapnya.  Walaupun telah mencari kemana-mana tetap juga tidak ditemukan, akhirnya dengan berat hati keenam adiknya terpaksa meninggalkan kakak sulung mereka di bumi.
Mbu’i Bulange sangat merasa sedih, sehingga ia terus-menerus menangis di mata air itu. Jilomoto lalu berpura-pura untuk bersimpati kepada Mbu’i Bulange dan berkenalan. Tak lama setelah mereka berkenalan, Jilomoto melamar Mbu’i Bulange. Merekapun menikah dan tinggal disebuah rumah di puncak bukit Huntu lo Tiopol. Untuk bertahan hidup, mereka berdua bercocok tanam.
Setelah lama tinggal di bumi dan menikah dengan Jilomoto, Mbu’i Bulange mendapatkan kiriman dari kahyangan. Kiriman itu adalah sebuah batu mustika sebesar telur itik yang disebut dengan bimulela. Karena kiriman itu sangat berharga, Mbu’i Bulange menyimpanya dengan sangat hati-hati. Mbu’i Bulange menutupiny dengan sebuah tudung dan menyimpannya di dekat mata air Tupalo.
Beberapa waktu kemudian, terdapat empat orang pelancong yang melewati mata air Tupalo. Disana mereka beristirahat sejenak. Salah seorang pelancong itu melihat sebuah tudung dan segera memberitahukan temannya tentang tudung tersebut. Karena merasa penasaran, mereka berusaha untuk meraih dan mengambil tudung tersebut. Namun, belum juga sempat meraihnya tiba-tiba muncul angin besar yang sangat lebat dan mengguyur tempat itu. Merekapun segera berlindung di tempat aman. Setelah cukup jauh, mendadak angin mereda dan hujan pun berhenti. Mereka merasa janggal dengan situasi tersebut dan merasa bahwa tudung itu memiliki kekuatan ajaib. Karena penasaran, merekapun kembali lagi ke tempat tudung itu berada. Sebelum empat orang itu mengambil tudung itu, mereka meludahi tudung itu dengan air sepah yang telah dimantrai. Perlahan mereka membuka tudung itu dan menemukan sebuah mustika sebesar telur itik dibawah tudung.
Disaat yang bersamaan juga Mbu’i Bulange dan Jilomoto sedang menuju ke tempat itu untuk mengambil mustikanya. Mbu’i Bulange merasa kaget ketika mendapati keempat pelancong itu sedang berada di sekitar mustikanya. Mbu’i Bulange juga memperingati keempat orang itu agar tidak mengambilnya karena itu bukan milik mereka. Namun, keempat pelancong itu tetap bersikeras bahwa mustika itu milik mereka. Mbu’i Bulange menantang mereka dengan cara mereka harus memperluas mata air Tupalo dengan kekuatan mereka jika mustika itu memang milik mereka. Satu persatu mereka mencoba untuk memperluas mata air itu namun gagal.
Dengan beraninya, keempat pelancong itu menantang balik Mbu’i Bulange dengan cara yang sama. Tanpa berbicara Mbu’i Bulange langsung duduk dan bersedekap dan mengucapkan mantra. Mbu’i Bulange lantas mengajak suaminya menyingkir ke tempat lebih tinggi. Tak lama setelah itu, mata air Tupalo membesar dan meluas. Air yang keluar dari mata air itu terus membesar dan terus meninggi. Keempat pelancong itu merasa terkejut dan takjub. Karena terus meninggi mereka merasa takut tenggelam dan akhirnya memohon maaf dan mengakui bahwa mereka salah. Karena Mbu’i Bulangen seorang bidadari pemaaf, maka ia kembali berdoa dan bersedekap sehingga air itu mulai berhenti mengalir.
Mbu’i Bungale memegang mustika bimulela itu dan sebuah keajaiban terjadi. Dari mustika tu keluar seorang bayi perempuan. Wajah bayi itu terlihat sangat cantik dan bercahaya seperti rembulan sehingga diberi nama Tolango Hula yang berarti cahaya bulan. Tolango Hula juga diyakini sebagai pemimpin wilayah Limboto kelak. Mbu’i Bulange dan Jilomoto segera membawa Tolango Hula pulang kerumah. Namun, sebelum mereka pulang, Mbu’i Bulange melihat ima buah jeruk terapung-apung di tengah danau dan Mbu’i Bulange segera mengambilnya. Ia merasa cukup heran karena buah jeruk itu sangat mirip dengan buah jeruk yang ada di negeri Kahyangan. Ia juga melihat satu pohon jeruk yang sedang berbuah lebat. Untuk memastikannya ia akhirnya bertanya kepada suaminya. Jilomoto juga merasa demikian dan membenarkan bahwa jeruk itu sama dengan yang ada di kahyangan.
Mbu’i Bulange percaya bahwa tumbuhnya pohon jeruk itu karena kebesaran tuhan. Kejadian ini akhirnya diabadikan oleh Mbu’i Bulange dan merasa pantas jika danau ini diberi nama Bulalo lo limu o tutu yang artinya danau dari jeruk yang berasal dari kayangan. Lama kelamaan akhirnya danau itu dikenal dengan nama “Bulalo lo Limutu atau Danau Limboto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar